Dukungan pada Orangtua dengan Anak Berkebutuhan Khusus (AUTIS, ADHD, HIPERAKTIF)
Abstract
Memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK) sama dengan memiliki tanggung jawab pengasuhan seumur hidup. Tingkatan kebutuhan khusus setiap anak berbeda, semakin kompleks kondisi maka semakin rendah tingkat pencapaian kemandirian. Orangtua menjadi unrested parent yang memicu keletihan psikis dan fisik. Mereka memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi orangtua dan dukungan yang mereka perlukan. Penelitian memberikan informasi dan menjadi pertimbangan pemerintah untuk membuat kebijakan. Hasil penelitian adalah orangtua merasa gelisah, cemas, rendah diri, merasa bersalah, menyangkal di awal deteksi; deteksi dilakukan saat anak 1 sampai 4 tahun. Dukungan dari pasangan: semangat; kesepakatan cara mendidik; meluangkan waktu, terapi mandiri; memiliki kesadaran biaya hidup. Dukungan dari keluarga: memberikan motivasi dan penerimaan. Dukungan pemerintah: kebijakan dana tunai, vitamin, peningkatan fasilitas umum, pusat terapi gratis, pelatihan, taman bermain inklusif; mengupayakan pembukaan fakultas penunjang, pelatihan makanan non gluten, mendukung sekolah inklusi dan terapi swasta.
References
Brewster, J., Ellis, G., & Girard, D. (2002). The Primary English Teacher’s Guide. London: Pearson Education.
Chamidah, A. N. (2010). Deteksi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Dikutip dari Sosialisasi ABK-Dlingo.
Grand, R. E. I. (2017). Aplikasi Deteksi Dini Untuk Mengenali Anak Berkebutuhan Khusus Menggunakan Metode Business Intelligence. Diunduh dari jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek.
Hamzah, S. I., Djuko, R. U., & Juniarti, Y. (2020). Asesmen terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (Abk). Jambura Early Childhood Education Journal, 2(1), 109-123.
Hardiyanti, W. E. Ilham, M., & Juniarti, Y. (2020). ANALISIS PERSPEKTIF GURU TERHADAP INDEKS NILAI PENDIDIKAN INKLUSIF. In PROSIDING: SEMINAR NASIONAL ONLINE PAUD (pp. 1-10).
Hardiyanti, W. E., Ilham, M., Suziman, A., & Astriyani, A. (2019). Penggunaan Emoji Untuk Meningkatkan Perilaku Baik (Well-Being) dan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini. Early Childhood: Jurnal Pendidikan, 3(2), 15-25.
Huliyah, M. (2016). Pengembangan Daya Seni Pada Anak Usia Dini. as-sibyan: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 1(2), 149-164.http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/assibyan/article/view/201/203
Hurlock, E. B. (2012). Perkembangan Anak. (jilid 2 edisi keenam). Jakarta
Mustafa. (2019). Model Kolaborasi Identifikasi Dini Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Untuk Menunjang Pelaksanaan Pendidikan Inklusi. Dikutip dari Seminar Nasional Pendidikan, Vol 3, 2019, pp. 91-100
Nutbrown, C., & Clough, P. (2015). Early Childhood Education: History, Philosophy and Experience Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahardjo, M. M.. (2018). Deteksi Dini Anak Berkebutuhan Khusus (Early Developmental Screening).
Santrock, J. W. (2007). Child Development. Texas: McGraw Hill.
Sarafino, E. P., & Smith. (2011). Health psychology: Biopsychosocial interactions (7th ed.). New Jersey: Jhon Willey & Sons
Suparno. (2010 ). Pendidikan Inklusif Untuk Anak Usia Dini. : Khusus Vol.7. No. 2. Nopember 2010 https://journal.uny.ac.id/index.php/jpk/article/view/775
Suryaningrum, C., Ingarianti, T. M., & Anwar, Z. (2016). Pengembangan Model Deteksi Dini Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Pada Tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kota Malang. Dikutip dari Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Yusuf, M., Sasmoko & Indrianti, Y. Inclusive Education Management Model To Improve Principal And Teacher Performance In Primary Schools. Faculty of Humihaniora, Bina Nusantara University
Widiastuti, N. L. G. K. (2020). Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Dengan Gangguan Emosi dan Perilaku. Diunduh dari Indonesian Journal of Educational Research and Review, Vol 3 No 2, Tahun 2020 p-ISSN: 2621-4792, e- ISSN: 2621-8984
Copyright (c) 2022 Tanjung, Rosnawati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.






